Menikmati Sakura di Alishan

Jum'at, 16 Maret 2018 - 08:27 WIB
Menikmati Sakura di...
Menikmati Sakura di Alishan
A A A
TAIPEI - Suasana sejuk dingin khas pegunungan menyelimuti tubuh. Mata pun dimanjakan dengan bunga-bunga cantik sakura. Warnanya merah, merah muda, putih, bahkan yang berwarna ungu pun terlihat. Bunga sakura sedang mekar merekah di sepanjang jalan. Festival Sakura pun tengah digelar hingga 10 April.

Ini bukan suasana di Jepang yang memang dikenal dengan bunga sakuranya. Melainkan suasana yang KORAN SINDO rasakan saat berkunjung ke Gunung Alishan di Taiwan. Tepatnya di Kabupaten Chiayi, kurang dari 1,5 jam dari ibu kota Taiwan jika menggunakan kereta cepat.

Bunga sakura memang teramat spesial karena hanya mekar setahun sekali, pada Maret hingga pertengahan April. Waktunya pun pendek hanya 10 hari di awal musim semi. Pohon bunga sakura akan berdaun saat bunga tidak mekar. Begitu juga sebaliknya, saat bunga mulai terlihat, daun-daun berguguran tinggalkan kelopak-kelopak bunga sakura nan indah. Sakura di Taiwan bersemi lebih dahulu daripada di Jepang, setelah bunga rontok kemudian ceri tumbuh.

Masyarakat Taiwan menyebut jenis Sakura berdasarkan warnanya. Bunga yang berwarna merah disebut Bunga Taiwan, yang berwarna merah muda disebut Bunga Fuji, ada juga bunga sakura bernama Hokaido. Jenis sakura di Jepang memang jauh lebih banyak, ada sekitar 20 sementara di Taiwan hanya 5 jenis sakura yang tumbuh.

Pada tahun ini, Pemerintah Taiwan akan menggelar Festival Sakura 2018 (The 2018 Cherry Blossoms Festival) digelar pada 15 Maret -10 April. Seperti di Jepang, akan ada libur satu hari, warga Taiwan memanfaatkan sehari libur sekolah atau kantor untuk piknik di bawah pohon sakura.

Rekreasi ke Gunung Alishan, wisatawan bisa menggunakan transportasi kereta dan bus dari Kota Taipei ke Chiayi. Jika ingin menggunakan kereta, ada dua pilihan yang bisa digunakan, yakni kereta cepat (high speed train) dan kereta biasa. Dengan kereta cepat, jarak antara Taipei-Chiayi sekitar 261 kilometer yang ditempuh hanya dalam waktu 1 jam 20 menit. Sementara, dengan kereta biasa atau bus, jarak itu harus ditempuh sekitar 4 jam.

Dari Stasiun Kereta Chiayi, wisatawan dapat melanjutkan perjalanan dengan bus atau kereta ke kawasan Gunung Alishan. Selama Festival Sakura 2018, pihak pengelola bus akan menambah jadwal pemberangkatan bus setiap 30 menit sekali. Wisatawan memang sebaiknya menggunakan angkutan umum ketimbang mobil pribadi. Hal ini untuk menghindari kemacetan, karena sering banyak wisatawan yang menghentikan laju kendaraannya hanya untuk berfoto dengan latar belakang pohon sakura.

Ditambah banyak kuil-kuil yang dijadikan pusat perayaan keagamaan. Di sepanjang jalan menuju Gunung Alishan memang banyak hal unik yang bisa dinikmati juga dikunjungi wisatawan.

Perlu diwaspadai jalan perbukitan menuju pegunungan yang berkelok-kelok. Tubuh pun harus siap, jika tidak pusing dan mual akan terasa. Pokoknya tetap tenang dan fokus karena pemandangan perjalanan sangat indah dengan perkebutan teh oolong di sisi kanan dan kiri jalan.

KORAN SINDO sempat mampir ke beberapa tempat wisata di Gunung Alishan sebelum akhirnya menikmati bunga sakura. Chukao Visitor Center menjadi tempat pertama, tempat ini memang khusus untuk wisatawan yang ingin mengenal lebih dalam area rekreasi hutan nasional Alishan.

Wisatawan disuguhkan cerita kekayaan alam mulai berbagai jenis bunga sakura, burung khas gunung Alishan, dan suku asli pedalaman Taiwan bagian Selatan ini yakni suku Tsao melalui tontonan berformat 3 Dimensi (3D). Chukao Visitor Center juga menampilkan replika rumah adat juga kebudayaan dan patung dari warga suku Tsao.

Jika penasaran dengan suku Tsou, wisatawan dapat berkunjung ke Yuyupas. Sebuah kawasan di bukit Alishan untuk lebih dekat dengan suku Tsou. Mulai dari kebudayaan yang bisa dilihat di museum kecil, kemudian sejarah suku Tsou hingga kehidupan sehari-hari dan pakaian mereka yang penuh warna.

Suku Tsou dijuluki permata bagi warga Taiwan karena dapat menjadi daya tarik sendiri bagi turis mancanegara. Mereka pun berbakat juga dalam hal kesenian, terbukti usai jam makan siang mereka tampil menyanyi dan menari di area yang sudah disediakan bagi pengunjung.

KORAN SINDO sempat berkenalan dengan salah satu penduduk suku Tsou. Mooh, pria tegap ini merupakan salah satu penari yang tampil. "Saya penduduk asli Alishan, sudah lima tahun bekerja sebagai penari. Saya senang menampilkan kebudayaan asli suku Tsou seperti menari dan berpakaian adat ini. Ini cara kami melestarikan budaya turun temurun," ungkap Mooh.

Dia menambahkan, semangatnya semakin besar karena setiap hari ratusan wisatawan lokal dan mancanegara datang untuk mengenal kebudayaannya. "Meski terlahir dari keluarga tentara, saya tetap merasa senang ketika bekerja di Yuyupas. Setiap hari bisa kedatangan 400 wisatawan, bila hari libur bisa lebih banyak," ucapnya bangga. Di Yuyupas juga menyajikan pemandangan yang sangat indah dari hamparan kebun teh oolong, juga perbukitan yang tidak jarang tumbuh pohon sakura.

Menikmati kebudayaan baru dari suku asli Alishan, berfoto dan bercengkrama dengan mereka ditambah dihibur oleh alunan suara serta gerakan tari yang enerjik menjadi pengalaman mengesankan. Wisatawan dapat menikmati itu dengan membeli tiket seharga NT300 (Rp136.000).

Bagi yang ingin berlama-lama melihat sakura, di sekitar pegunungan Alishan banyak terdapat penginapan bagi wisatawan. Bagi turis muslim, penginapan sekaligus restoran ramah muslim juga tersedia. (Ananda Nararya)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0522 seconds (0.1#10.140)